#kehilangan
Jumat, 27 Maret
2015. Masih teringat dimemoriku, kala itu aku merasa suasana yang berbeda dari
hari-hari sebelumnya. Biasanya aku selalu bersemangat ketika jam makan siang
tiba. Tak bisa dijelaskan, entah suasana hati macam apa yang membuatku hanya
memandangi makanan yang sudah disediakan oleh pihak kantin. Aku berlalu pergi
memutuskan untuk istirahat di ruang kerja. Tak sampai lima menit berada di
ruang kerja, seseorang menelfonku. Perasaan tak menentu itu semakin memuncak.
Tubuh kurus ini
berjalan gontai menuju seseorang yang baru saja menelfonku. Jantung ini
berdebar sangat dasyat, namun tubuh ini terasa lemas. Kaki ini terasa tak mampu
melangkah walau hanya beberapa meter berjalan menuju pos security. Aku masih
ingat itu semua, masih ingat dengan jelas. Aku juga masih ingat tatkala mulut
ini benar-benar tidak bisa berkata sedikitpun. Terasa kosong. Hanya membisu.
Dan kemudian tangisku pecah sejadinya.
Seorang perempuan
berumur sekitar empat puluh tahun merangkul dan memeluk tubuh lemas ini. Tangisku
terhenti. Pikiranku menerawang jauh. Terlintas dibenakku wajah sesosok laki-laki
tua dengan rambut yang agak memutih. Sesosok laki-laki yang penuh kasih sayang.
Sesosok laki-laki dengan senyum meneduhkan. Sesosok laki-laki dengan kesabaran
yang tinggi. Sesosok laki-laki yang masih bisa tersenyum dan memaafkan ketika seorang
teman berlaku curang. Sesosok laki-laki yang kuat tak peduli sekeras apa hidup
yang dijalani. Sesosok laki-laki dengan mobil losbak yang sudah menua. Tak jarang
mobil tua itu membuatmu tak bisa pulang karena mogok di desa orang. Sesosok laki-laki
yang selalu dirindukan kepulangnya.
Belum sempat aku mengukir
senyum bahagia diwajahmu. Jika tiada dirimu bagaimana dengan hidupku? Jika
tanpamu bagaimana dengan diriku? Bagaimana aku bisa bertahan?
“Semua milik Allah
dan akan kembali kepada-Nya.” Suara serak itu membuyarkan lamunanku. Seorang perempuan
dengan umur sekitar empat puluh tahun, ia masih memelukku. Ia masih dengan
tangisannya.
Bgaimanapun aku tak
bisa melawan. Sesakit apapun aku harus bisa menerima. “Semua milik Allah dan
akan kembali kepadanya” kalimat itu
cukup menguatkanku, membawa energi dalam diriku untuk segera bangkit.
Bagiku kau
laki-laki hebat. Tak ada yang bisa mengantikanmu.