Share it

Rabu, 18 September 2013

Gadis Berwajah Duka


Ku nikmati keindahan kota San fransisco malam ini, begitu indah dan mengagumkan.  Kuturuti langkah kaki menginjak taman san fransisco ini, tak ku sangka aku mencarinya. Mencari sesosok gadis berwajah duka yang kemarin malam tak sengaja aku temui di taman ini. Ku arahkan mata ke segala penjuru taman ini. Di mana dia? Mungkinkah dia ada di sini? Aku benar-benar nggak tahu apa yang menyebabkan aku mencarinya. Akh…entahlah aku ingin bertemu dengannya.
Aku masih mencarinya, sesosok gadis berwajah duka. Di mana dia? Mataku terarah pada seseorang yang sedang duduk sendiri di sudut taman san fransisco ini. Langkah kaki mengajakku untuk mendekatinya.
Dia? Dia gadis yang kemarin malam tak sengaja aku temui di taman ini. Sedang apa dia di sini? Siapa yang dia tunggu?
Angin malam semakin dingin menampar kulitku. Ku beranikan diri untuk duduk di sampingnya. Dia tak menghiraukan kedatanganku. Wajahnya duka penuh kesedihan. Matanya memandang langit yang mendung, semendung raut wajahnya.
Aku masih tak mengerti mengapa dia diam saja? Dia sama sekali tidak menghiraukan kedatanganku. Apa dia tak melihatku? Akh…rasanya tidak mungkin. Barusan aku berjalan di hadapannya dan sekarang aku duduk di sampingnya, rasanya tidak mungkin dia tidak melihatku.
“Hei” kulambaikan tanganku di hadapan wajahnya yang muram. Ia menolehku, memandangku dngan aneh. Aku tak mengerti apa yang dia pikirkan tentang diriku. Dia tersenyum kepadaku. Senyuman yang terlihat penu kegetiran.
“David?” kata gadis itu dengan lembut. Suaranya menggetarkan hatiku. siapa David? Siapa yang dia maksud? “maaf saya bukan David, nama saya Adit.” Aku mencoba menjelaskan.
Gadis itu Nampak kecewa. Dia semakin histeris memanggil orang yang bernama David. Oh tuhan, apa  yang harus aku lakukan? Butiran bening dari sudut-sudut matanya menetes. Setetes, dua tetes, tiga tetes dan dia menangis dengan derasnya. Dia berdiri dari tempat duduknya. Dia bergegas mennggalkan aku.
Aku hanya terdiam. aku tak berusaha untuk mengejarnya. Aku masih belum mengerti apa yang baru saja aku alami. Mengapa gadis itu memanggil-manggil seseorang yang bernama David? Mengapa dia menangis? Siapa sebenarnya David? Siapa gadis berwajah duka itu?
“Dit, Adit bangun! Kita sudah sampai di bandara.” Tiba-tiba sebuah suara membuat aku terkejut. “Bandara?” dengan suara keras aku meresponnya. Aku sangat terkejut bukannya aku ada di taman Golden Gate bersama gadis berwjah duka itu? ditengah kebingunganku, aku melirik ke kanan dan ke kiri. Ternyata aku berada di sebuah pesawat.
“Heh, kamu kenapa kok kaget begitu? Ekspresi kamu berlebihan, lihat tuh orang-orang memperhatikan kita.” Kata arfan dengan nada berbbisik.
“Maaf, lagian aku sedang enak-enak tidur malah dibangunin.” Jawabku dengan nada berbisik pula.
“Memangnya kamu mau aku tinggal sendiri di pesawat ini? Ayo turun!” ajak arfan dengan galak. “Jangan gitu dong aku juga mau turun. Ayo!”
Huuuuh…aku bisa bernapas lega. Untung saja yang tadi itu hanya mimpi. Aku nggak bisa bayangin kalau misalnya itu kenyataan. Gadis berwajah duka, kasihan sekali gadis itu. dia selalu sedih dan murung. Untungnya gadis berwajah duka itu hannya ada dalam mimpikku.

End...!!!