Share it

Senin, 30 Juli 2018

Filosofi Sayur Asem


Filosofi sayur asem, nampaknya sedang menjadi trending topik di timeline facebook. Berbagai macam sajian tulisan berseliweran membuatku semaakin tak sabar buat menulis. J Filosofi sayur asem, ini adalah tugas yang diberikan oleh Cikgu Apu Indragiry tadi malam. Aku berniat membuat tulisan tentang sayur asem saat itu juga. Tetapi yang Aku dapati hanya ada judul yang tertulis di kertas pada baris pertama. Aku melihat jam dinding, sekitar pukul 04.00. Ya ampun ternyata aku ketiduran.

Sayur asem bukanlah jenis makanan asing bagiku, berbeda dengan teman-teman di luar jawa mungkin ada yang belum terbiasa menyantap sayur yang satu ini. Di kampungku sayur asem adalah salah satu makanan yang populer. Apalagi dibulan puasa, bisa dibilang hampir setiap hari tak pernah absen. Setiap hari? Emang nggak bosan? Jika ada pertanyaan semacam itu, Aku akan menjawabnya dengan kata “tidak” sebab sayur yang satu ini adalah sayur favoritku.
Sayur asem terdiri dari berbagai macam bahan, seperti labu, papaya muda, daun melinjo, biji melinjo, kacang panjang, kedelai, kacang tanah, nangka muda, jagung manis dan lainnya. Setiap orang mungkin sedikit berbeda bahan yang menjadi anggota sayur asem tersebut. Sesuai selera. Yang pasti asem beserta bumbu tidak boleh ketinggalan. Masa iya mau bikin sayur asem tapi tidak ada asemnya.


Dewasa ini, Jenis sayur yang satu ini cukup populer di seluruh Nusantara. Namaya sama tetap sayur asem. Yang membedakan yaitu cita rasa.  Membicarakan soal cita rasa adalah membicarakan tantangan. Iyah tantangan, sebab untuk membuat rasa yang enak, lezat juga tidak membuat bosan perlu adanya latihan. Makanan sekelas sayur asem  pun begitu, perlu latihan untuk mendapatkan rasa yang lezat. Kebanyakan orang dikampungku membuat sayur asem dengan tambahan sayur lompong. Ada yang tahu apa itu sayur lompong? Sayur lompong yaitu talas beserta daun dan batangnya. Sayur lompong tersebut sudah menjadi ciri khas dari sayur asem di kampungku.

Sayur asem memang terlihat sederhana, seolah hanya tinggal campur berbagai bahan jadi satu terus selesai. Tidak sesederhana itu. Untuk memasaknya kita harus tahu bahan-bahan apa saja yang harus dimasukan terlebih dulu. Kita juga harus tahu apa yang harus kita lakukan untuk membuat sayur asem menjadi lezat, segar, menggoda dan tidak membuat bosan. Seperti yang dilakukan oleh Nenekku dulu, ia menambahkan beberapa cabe untuk menciptakan rasa sayur asem yang lezat dan menggoda. Rasanya benar-benar unik. Cara itu cukup membuat kami cucu-cucunya tak bisa lupa dengan sayur asem buatannya.

Bagaimana dengan menulis? Untuk membuat tulisan yang lezat, segar serta menarik untuk dibaca apakah sederhana? Tidak. Sama halnya dengan membuat sayur asem, butuh latihan dan kerja keras. Ketika pertama kali membuat sayur asem apa rasanya langsung enak sesuai harapan kita? Aku rasa tidak. Butuh berulang kali membuat sayur asem untuk mendapatkan rasa yang pas dan lezat. Sebab dari proses yang berulang kali tersebut, kita mendapat berbagai macam pelajaran untuk perbaikan selanjutnya. Begitupun dengan menulis, awal menulis bisa saja tulisan yang dihasilkan belebotan dan rancu, tetapi ketika proses berlatih lagi dan lagi bukan tidak mungkin tulisan yang dihasilkan adalah sesuatu yang menyegarkan layaknya air jernih yang menghilangkan dahaga.

Untuk menyajikan sayur asem yang lezat lagi segar ataupun menyajikan tulisan yang enak dibaca juga menyegarkan adalah perkara kesabaran menjalani proses berlatih. Jadi, sudah siapkan untuk menikmati pahit juga kerasnya berlatih?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar