Share it

Selasa, 25 September 2018

Hujan





Hembusan angin pagi ini berbeda dengan hembusan angin dihari-hari sebelumnya. Terasa lebih sejuk bercampur dingin yang sesekali menelisik kulit.

Hujan yang dirindu telah datang mengundang bermacam-macam ekspresi orang-orang dipagi ini. Ada yang dengan tersenyum bahagia menyambut sang hujan. Ada pula yang mengumpat dengan kata-kata karena aktivitasnya terganggu.

Hujan yang menyiram pepohonan sepanjang jalan. Meninggalkan rintik-rintik air pada dedaunan. Menyiram tanah yang kering. Menyisakan semerbak aroma alami tanah yang melegakan.

Tanpa siraman air, tanah yang kering itu semakin tandus dan gersang. Namun terkadang manusialah yang lebih tandus dan juga gersang melebihi tanah. Tandus, sebab tak mau mengikuti apa yang diperintahkan oleh dzat yang menurunkan hujan. Gersang, ketika hanya dunia yang ia pikirkan dalam hidup.

Hujan. Ia pun menyiram bebatuan di atas permukaan bumi. Batu-batu yang keras, namun masih ada yang lebih keras dari batu-batu itu. Dialah manusia yang mempunyai sifat lebih keras dari batu.
Keras, ketika ia melihat adanya kebenaran akan perintah-perintah Allah namun ia menutup mata. Menutup diri dari kebenaran itu.

Allah memerintahkan untuk berhijab guna menutup aurat, namun ia mengatakan "Hijabin hati dulu" padahal yang Allah suruh adalah menutup auratnya bukan hatinya. Bukankah Allah sangat memuliakan kaum wanita dengan memerintahkan menutup aurat? Lantas hal apa yang membuat enggan untuk menutup aurat?

Allah memerintahkan untuk tidak mendekati zina, namun banyak muda-mudi yang nyaman dengan status pacaran.

Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, namun aktivis LGBT semakin ngotot untuk melegalkan hubungan terlarang itu.

Allah memerintahkan para pemimpin meriayah urusan ummat, namun kita sama-sama melihat apa yang kini tengah terjadi di Negeri ini. Korupsi kian menggurita, mirisnya tersangka korupsi terlihat amat bangga di layar kamera dengan menunjukan senyum dan gaya terbaiknya.

Hujan, semoga Allah berkenan menjadikan hujan itu tak hanya menyejukan tetapi juga mendamaikan hati kami untuk mau menerima segala perintah dan larangan-Nya.

Cikande, 21 September 2018

#Reminder
#PenulisBelaIslam
#AkuPenulisSpesial
#AkuBerlian
#AkademiMenulisKreatif5
#Silpianah1453

Titik dan Garis

Apa yang kita pikirkan ketika kita melihat sebuah titik?
Kecil? Iyah Kecil.

Selain sebuah titik, kita tentu pernah melihat bahkan membuat sebuah garis dengan tanda panah yang terdapat di ujung garis. Lalu apa yang kita pikirkan ketika kita melihat sebuah garis dengan ujung yang terdapat tanda panah tersebut?

Jika titik menggambarkan sesuatu yang kecil maka garis dengan tanda panah tersebut bisa diartikan dengan sesuatu yang tidak terbatas.

Jika kita menarik sejauh-jauhnya garis dengan tanda panah tersebut, di manakah garis itu akan berhenti? Entahlah saya tak tahu dimana garis itu akan terhenti. Garis dengan tanda panah tersebut sudah berdiri di atas ketentuan-Nya, bahwa ia adalah sesuatu yang tak terhingga. Sesuatu yang tak ada batas.

So, bisa diibaratkan bahwa titik kecil yang terbatas itu adalah kehidupan dunia dan garis panjang dengan tanda panah tersebut adalah kehidupan akhirat.

Kehidupan akhirat yang tidak mempunyai batas. Abadi. Dialah rumah keabadian tempat berpulang dari perantauan dunia. Nyaman ataukah tidak suasana rumah itu, kitalah yang menentukan.

Berdiri di atas kebaikan ataupun keburukan, berpihak kepada taat ataupun maksiat, memilih memperbaiki diri ataupun bertahan dalam maksiat, yakin akan janji dan bisyarah Rasul atau ingkar terhadap janji tersebut, berpihak kepada hukum-hukum Allah ataupun mengingkari hukum-hukum Allah, semua itu adalah pilihan. Pilihan bagi kita dimana pilihan tersebutlah yang akan menentukan nyaman ataukan tidak rumah keabadian kita kelak.

Bersabar dalam perihnya berdiri di atas hukun-hukum Allah dalam kehidupan yang bagai titik kecil lagi terbatas. Bersabar demi ridha dan demi kehidupan akhirat yang tak terbatas bagai garis panjang dengan tanda panah.

Sejujurnya inilah pengingat bagi diri pribadi.

Cikande, 18 September 2018

#Reminder
#PenulisBelaIslam
#AkuPenulisSpesial
#AkuBerlian
#AkademiMenulisKreatif5
#Silpianah1453

Cinta


Tak ada yang membahagiakan selain rindu yang membuncah. Rindu yang begitu saja merasuk dalam hati. Rindu yang seakan menggetarkan seluruh tubuh. Rindu yang terlahir ketika seluruh kisah yang terekam dan cerita yang berlaku dihadapanku memberi jawaban bahwa hanya Cinta-Nya dan Cinta Rasul-Nya yang patut diperjuangkan.

Air mata terasa bergelayut. Air mata rindu. Seakan ingin mengalir dengan derasnya namun ia tertahan. Terasa berat. Sebab hatiku kini berkecamuk. Berdentang seperti suara-suara pedang dalam pertempuran.

Cinta dan rindu begitu memabukkan

Rindu benar-benar menyesakkan

Cinta...

Sukses Menjadi Penulis Tanpa Stress





Stres...stress..stress.. sepertinya memang itulah yang sedang saya rasakan. Kenapa? Sebab ada banyak tugas yang tertumpuk. Ada banyak ide yang mengendap. Ada keinginan nulis tapi tak ada action. Akhirnya ide hanya sekedar ide, mengendap di kepala kemudian menguap begitu saja. Hilang.
Benar apa yang dikatakan oleh Cikgu Apu Indragiry, bahwa stress itu ya dari diri sendiri, dari pikiran sendiri.

Menurut Dr. Eva J Hoffman stress itu ada dua yaitu stress pada pikiran dan stress pada fisik. Stress pikiran dimana terdapat gangguan mental juga gangguan emosianal karena tekanan. Sementara stres fisik terjadi ketika kita kurang istirahat atau terlalu memforsir tenaga. Kurang minum pun bisa menyebabkan stres sebab otak membutuhkan oksigen untuk berpikir.
Bagaimana mengatasi stress? Khususnya mengatasi stress dalam menulis. Nah ini dia trik yang diberikan oleh Cikgu Apu.

Pantai





Semilir anginnya menyejukkan
Biru airnya menyegarkan
Irama ombaknya syahdu

Saya setuju dengan tulisan kak Jasli La Jate bahwa pantai adalah pemandangan alam yang begitu indah, jauh dari polusi apalagi kolusi nepotisme.

Barangkail saat ini saya pantas disebut sebagai orang yang suka ikut-ikutan ide orang lain. Iyah ikut-ikutan😁Minggu kemarin saya melihat tulisan kak Jasli mendeskripsikan moment jalan-jalannya di pantai. Menulis di atas pasir. Menikmati setiap desiran ombak yang menggulung-gulung.

Kali ini hal yang sama yang saya lakukan adalah menulis di atas pasir. Apakah yang saya tulis adalah nama seseorang? Bukan. Yang saya tulis adalah nama sebuah kelas menulis tanpa biaya sepanjang masa. Waawww…keren bukan. Iyah memang keren. Kelas itu bernama AMK (Akademi Menulis Kreatif).