Share it

Senin, 20 November 2017

LAKI-LAKI HEBAT


#kehilangan
Jumat, 27 Maret 2015. Masih teringat dimemoriku, kala itu aku merasa suasana yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Biasanya aku selalu bersemangat ketika jam makan siang tiba. Tak bisa dijelaskan, entah suasana hati macam apa yang membuatku hanya memandangi makanan yang sudah disediakan oleh pihak kantin. Aku berlalu pergi memutuskan untuk istirahat di ruang kerja. Tak sampai lima menit berada di ruang kerja, seseorang menelfonku. Perasaan tak menentu itu semakin memuncak.
Tubuh kurus ini berjalan gontai menuju seseorang yang baru saja menelfonku. Jantung ini berdebar sangat dasyat, namun tubuh ini terasa lemas. Kaki ini terasa tak mampu melangkah walau hanya beberapa meter berjalan menuju pos security. Aku masih ingat itu semua, masih ingat dengan jelas. Aku juga masih ingat tatkala mulut ini benar-benar tidak bisa berkata sedikitpun. Terasa kosong. Hanya membisu. Dan kemudian tangisku pecah sejadinya.
Seorang perempuan berumur sekitar empat puluh tahun merangkul dan memeluk tubuh lemas ini. Tangisku terhenti. Pikiranku menerawang jauh. Terlintas dibenakku wajah sesosok laki-laki tua dengan rambut yang agak memutih. Sesosok laki-laki yang penuh kasih sayang. Sesosok laki-laki dengan senyum meneduhkan. Sesosok laki-laki dengan kesabaran yang tinggi. Sesosok laki-laki yang masih bisa tersenyum dan memaafkan ketika seorang teman berlaku curang. Sesosok laki-laki yang kuat tak peduli sekeras apa hidup yang dijalani. Sesosok laki-laki dengan mobil losbak yang sudah menua. Tak jarang mobil tua itu membuatmu tak bisa pulang karena mogok di desa orang. Sesosok laki-laki yang selalu dirindukan kepulangnya.
Belum sempat aku mengukir senyum bahagia diwajahmu. Jika tiada dirimu bagaimana dengan hidupku? Jika tanpamu bagaimana dengan diriku? Bagaimana aku bisa bertahan?
“Semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.” Suara serak itu membuyarkan lamunanku. Seorang perempuan dengan umur sekitar empat puluh tahun, ia masih memelukku. Ia masih dengan tangisannya.
Bgaimanapun aku tak bisa melawan. Sesakit apapun aku harus bisa menerima. “Semua milik Allah dan akan kembali kepadanya”  kalimat itu cukup menguatkanku, membawa energi dalam diriku untuk segera bangkit.
Bagiku kau laki-laki hebat. Tak ada yang bisa mengantikanmu.

Jumat, 17 November 2017

Sang Maha Cinta (Seperti Apa Cinta Itu? Part 1)

Wahai Rabb sang maha cinta, jika bukan karena-Mu tak mungkin hati ini merasa getaran-getaran yang entah mengapa tak bisa dijelaskan. Jatuh cinta memang tak terduga datangnya.

Beberapa bulan kemaren merasa mengaguminya, merasa terinspirasi, merasa deg-deg an hanya karena mendengar namanya disebut. Hanya namanya. Kenal atau bertemupun tidak. Dan hari ini merasa mengagumi, merasa jatuh cinta dengan seseorang yang berbeda, seseorang yang baru hadir dalam hidupku. Wahai hati kenapa demikian?? Jelas ini bukan cinta. Ini hanya tipu daya syetan.

Lalu pertanyaannya seperti apakah cinta itu? Bisakah disebut cinta jika ia hadir dalam pertemuan pertama? Bisakah disebut cinta jika ia hadir berawal dari rasa mengagumi? Bisakah disebut cinta jika ia hadir berawal dari merasa terinspirasi? Bisakah disebut cinta jika ia mampu membawa senyum? Bisakah disebut cinta jika ia hadir memberi semangat untuk menjadi lebih baik?

Wahai Rabb sang maha cinta, engkaulah yang maha membolak-balikan hati. Aku berlindung kepada-Mu dari cinta yang salah. Jatuh cintakanlah aku kepada seseorang yang mampu menambah rasa cintaku terhadap-Mu. Jatuh cintakanlah aku kepada seseorang yang bersedia untuk membangun cinta bersama.

Wahai Rabb sang maha cinta, istiqomahkanlah diri ini untuk selalu terjaga sampai datang waktunya nanti engkau melipat jarak antara aku dan seseorang yang engkau pilih untuk menjadi teman sehidup sesurga.