Share it

Rabu, 24 April 2019

Hanya Sebuah Gambar




Dua hari ini aku merasa sangat riweh dengan pekerjaan. Pasalnya setelah perusahaan tempatku bekerja mengikuti pameran di Jakarta awal april lalu, berhasil menarik customer baru berdatangan. Sebetulnya ini kabar baik, itu artinya perusahaan tempatku bekerja masih produktif. Namun hal itu juga menjadi beban baru buatku. Aku yang bertanggung jawab di bagian Development tentu harus memproses segera segala bentuk sample yang diminta para customer baru. Disamping masih memegang beberapa customer dari  brand ternama di bidang sepatu, aku juga  memegang beberapa customer luar seperti NB Vietnam, Cina dan Taiwan.

Serius ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Berhasil membuatku istigfar sepanjang hari. Istigfar, berusaha menenangkan diri agar jangan sampai ada keluh kesah dalam hati. Aku berusaha cepat menyelesaikan pekerjaan yang ada meskipun sebetulnya pekerjaan itu berdatangan silih berganti sekalipun siang berganti dengan gelap.

Gerimis di Langit Balaraja

Balaraja diselimuti gerimis sore ini. Angin terasa berkibas-kibas terdengar dari dalam angkot putih yang aku tumpangi. Perjalanan menuju Balaraja sore ini menjumpai macet di beberapa titik, di pertigaan Asem, di pasar Gembong juga yang lebih parah macet di Pertigaan arah kampung Oleg.

Sebelum melewati jembatan layang, aku turun bersama seseorang. Ia mencengkeram tanganku dengan kuat. Menggandengku seolah aku anak kecil  yang hendak menyebrang di jalan raya. Ia berjalan di depan ku dengan tetap menggandeng tanganku. Sejujurnya kondisi seperti itu sedikit membuatku agak sulit berjalan karena banyaknya kendaraan lalu lalang. Mungkin moment bergandengan tangan  akan lebih nyaman ketika kita berjalan beriringan.

IPIN & IPI

Pagi ini langit cikande sedikit mendung. Langit berwarna abu-abu. Angin berhembus menyisakan sejuk di kulit. Sejuknya angin pagi ini mungkin akan terasa dingin jika saja aku masih tertidur di atas kasur. Iyah, itu pasti. Aku sudah berulang kali menyesal mendapati diri terbangun sementara matahari sudah menyingsing ke penjuru bumi. Akh…itu penyesalan terbesar.

Konsisten memang terasa berat. Namun aku tak mau kalah dengan bisikan setan yang menyuruhku untuk tetap berselimut.  Mandi pukul 03.00 atau pukul 03.30 menjadi senjataku untuk mengusir segala kemalasan. Rasanya bahagia sekali bisa beraktifitas pada waktu-waktu tersebut. Yeah, aku menang. Menang melawan ego dalam diri. Selepas subuh membaca buku pun tak kalah menyenangkan. Bahagia kita sendiri yang menghadirkan. 😃

Pukul 06.30, seperti biasanya aku sudah berdiri di depan gang di pinggir jalan menunggui angkot merah. Angkot merah sudah terlihat di ujung jalan. Sambil menunggu aku membaca sebuah novel yang sudah lama tak tersentuh. Ayat-Ayat Cinta 2, novel setebal sekitar enam ratus halaman itu bercerita dengan sangat keren. Aku sangat menyesal baru membacanya sekarang.