Share it

Rabu, 24 April 2019

IPIN & IPI

Pagi ini langit cikande sedikit mendung. Langit berwarna abu-abu. Angin berhembus menyisakan sejuk di kulit. Sejuknya angin pagi ini mungkin akan terasa dingin jika saja aku masih tertidur di atas kasur. Iyah, itu pasti. Aku sudah berulang kali menyesal mendapati diri terbangun sementara matahari sudah menyingsing ke penjuru bumi. Akh…itu penyesalan terbesar.

Konsisten memang terasa berat. Namun aku tak mau kalah dengan bisikan setan yang menyuruhku untuk tetap berselimut.  Mandi pukul 03.00 atau pukul 03.30 menjadi senjataku untuk mengusir segala kemalasan. Rasanya bahagia sekali bisa beraktifitas pada waktu-waktu tersebut. Yeah, aku menang. Menang melawan ego dalam diri. Selepas subuh membaca buku pun tak kalah menyenangkan. Bahagia kita sendiri yang menghadirkan. 😃

Pukul 06.30, seperti biasanya aku sudah berdiri di depan gang di pinggir jalan menunggui angkot merah. Angkot merah sudah terlihat di ujung jalan. Sambil menunggu aku membaca sebuah novel yang sudah lama tak tersentuh. Ayat-Ayat Cinta 2, novel setebal sekitar enam ratus halaman itu bercerita dengan sangat keren. Aku sangat menyesal baru membacanya sekarang.



Angkot merah berhenti di depanku ketika aku sampai di halaman 307. Aku menutup novel tersebut setelah melipat bagian kertas sebagai pembatas. Setelah nyaman duduk di dalam angkot aku kembali membuka novel tersebut. Menikmati kisah demi kisah yang ditulis oleh seorang novelis terkenal di Indonesia.

Membaca buku di dalam angkot sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan. Aku merasa aman-aman saja membaca buku di dalam angkot. Selama tidak mengganggu penumpang lain, kenapa tidak. Lagi pula mereka juga sibuk dengan smartphone masing-masing. Mereka pun sepertinya sudah hafal dengan kebiasaanku tersebut. Hampir setiap hari naik angkot merah, angkot khusus untuk para penumpang yang hendak berangkat kerja, membuatku bertemu dengan orang-orang itu saja. Meski tak pasti setiap hari orangnya sama, namun hampir semuanya mempunyai kebiasaan yang sama, yaitu sibuk dengan Hp. Sesekali memang ada penumpang lain yang memperhatikan aku. Entah simpati dengan buku yang aku pegang atau justru memandangku karena tidak suka. Entahlah, yang pasti aku ingin tetap enjoy menikmati lembar demi lembar certita yang tertuang dalam buku yang aku baca.

Wahhh…aku jadi ingat dengan trik baca buku yang pernah cikgu Apu sampaikan. Apa mungkin aku sudah bisa dikatakan gila baca? Hihi…entahlah, yang pasti aku menikmati asiknya membaca buku.

Sekitar pukul tujuh kurang sepuluh menit, aku turun dari angkot merah di depan Kawasan Modern Cikande. Aku berjalan mengikuti jalan ke arah hotel Swiss Bellin yang baru beroperasi tahun lalu. Belok kanan mengikuti jalan Industri 1. Sepanjang jalan terdapat lampu jalan dan pohon-pohon hijau. Tepat di belakang hotel, terdapat gedung kosong berlantai dua yang sudah dipenuhi semak belukar. Gedung itu terlihat horror dan menyeramkan. Namun aku harus melewatinya setiap hari. Meski begitu, kegiatan berjalan kaki menuju tempat kerja selalu mengasyikan. Aku menganggapnya sebagai pengganti olahraga yang hampir tak pernah aku lakukan setelah memasuki dunia kerja. Berjalan menikmati suasana pagi di area industry memang sangat berbeda dengan suasana di kampungku. Namun pohon-pohon yang ada di sepanjang jalan cukup membuat nuansa alami tetap ada. Bunga-bunga berwarna ungu serta bunga-bunga berwarna putih yang tumbuh bersama rerumputan tak kalah menarik. Aku bahkan suka mengumpulkan bunga rumput itu, membawanya ke ruang kerja dan meletakannya di tempat pensil yang difungsikan sebagai pot bunga.

Kurang lebih sepuluh menit berjalan kaki, aku sampai di tempat kerja. Aku memasuki ruang kerjaku. Duduk senyaman mungkin kemudian menyalakan layar komputer. Pukul 07.00, masih ada waktu tigapuluh menit sebelum memulai rutinitas kerja. Aku tak ingin waktu berlalu begitu saja, aku kembali membuka novel dan melanjutkan membaca.

Aku tenggelam dalam kisah yang tertulis dalam novel karya Kang Abik tersebut. Tiba-tiba aku terhenyak mendapati sebuah kertas berwarna biru muda berukuran kurang lebih delapan kali sepuluh centimeter di halaman novel yang hendak aku baca.

Aku dibuat kembali pada masa kuliah dulu. Mengingat setiap momentnya. Air mataku meleleh membaca tulisan yang tertulis di kertas biru itu.

 Apa yang mesti dipersiapkan?
1. Dalami ilmu tauhid
2. Jadikan istigfar dan sholawat sebagai rutinitas harian
3. Wajibkan sholat taubat setiap hari
4. Birul walidain
5. Gigih dan giatlah dalam mencari harta halal
6. Milikilah seorang pembimbing spiritual

Tulisan tangan yang sangat rapi. Berisi pesan yang penuh makna. Tulisan yang aku kenal. Tulisan yang ketika itu menjadi energi positif buatku. Aku rindu dengan pemilik tulisan itu. Akh…Ipinku semoga Allah mempertemukan kita kembali. Ipin adalah panggilan khusus untuk salah satu sahabatku di masa kuliah dulu, sipemilik kertas kecil berwarna biru muda itu.

 “Ipi bungsuku baik-baik yah di Cikande.” Itu adalah pesannya beberapa tahun lalu. Ia biasa memanggilku dengan sebutan Ipi. Setelah Ia pindah dari kota Serang ke kota Bekasi sekitar akhir tahun 2016, kita belum juga bisa bertemu.

Ipi Si Bungsu, keempat sahabatku yang lain dimana dulu kita sering bersama-sama pun memanggil dengan sebutan itu. Mungkin itu karena aku yang paling muda diantara kami berenam. Uniknya diantara kami berenam, lima diantaranya adalah perantau dari Jawa. Tegal, Brebes, Pemalang, Kendal dan Klaten. Satu dari kami berasal dari Kecamatan Padarincang.
Sejujurnya kami tidak sengaja berkelompok seperti itu. Namun karena kami dipertemukan dalam kelas yang sama, tugas kelompok pun kadang bersama, bahkan terkadang kami sama-sama tertinggal dalam memahami materi kuliah😂 Alasan klasik selalu menjadi andalan, bahwa kami sama-sama tidak memahami materi khususnya Akuntansi karena kami tidak ada basic dan juga itu karena kami berasal dari jurusan IPA semasa sekolah 😆


Akh… sepertinya aku harus flashback ke masa lalu biar bisa nulis kayak gini. Aku anggap tulisan ini sebagai usahaku dalam berlatih menulis. Tetapi jujur aku merindukan teman-temanku. Teman-teman yang yang mewarnai hidupku dengan hal-hal yang positif.

Next in syaa Allah nulis lagi😊

Cikande, 15 April 2019

#LatihanNulis1
#Friend
#Rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar