Share it

Kamis, 11 Oktober 2018

// Keyakinan //



"Sunggguh, Konstantinopel akan ditaklukan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya" (HR.Ahmad)

Sebaik-baik pemimpin yang Allah dan Rasul-Nya janjikan adalah Sultan Muhamad II bin Murad II, sultan ketujuh Utsmani. Pada tahun 1453 Sultan Muhamad II atau lebih dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih bersama pasukannya berhasil menaklukan Konstantinopel, maka terjawab sudah bisyarah Rasullullah SAW yang telah diucapkan kurang lebih 825 tahun lamanya.

Konstantinopel memiliki gelar "The City with Perfect Defense", sebuah Kota dengan perlindungan yang sempurna. Konstantinopel merupakan ibukota Byzantium yang mempunyai tembok pertahanan dengan prestasi selama 1.123 tahun menahan 23 serangan yang ditunjukan kepadanya.
Namun sehebat apapun pertahanan Konstantinopel, janji Allah dan Rasul-Nya tidak pernah salah. Janji Allah dan Rasull-Nya adalah sebuah kepastian. Dua Puluh Sembilan Mei 1453, Fatih Sultan Mehmed dan pasukannya berhasil memasuki gerbang Konstantinopel setelah perjuangan dan pengorbanan dilakukan.
Apa yang bisa kita lihat dari kisah penaklukan ini? Keyakinan. Iyah keyakinan. Tak mungkin ada keberhasilan penaklukan tanpa ada keyakinan yang tertanam dalam diri Sultan Muhammad Al-Fatih maupun dalam diri pasukannya. Keyakinan akan janji Allah dan Rasul-Nya.
Keyakinan yang merupakan inti dari ajaran islam sangatlah penting tertanam dalam diri setiap muslim. Yakin, melihat lebih dari yang dapat dilihat oleh mata. Yakin akan adanya Allah, yakin akan adanya hari akhir, yakin akan adanya malaikat, syurga dan neraka.
Dalam kisah penaklukan Konstantinopel, ada banyak hal yang masih saja terngiang dalam pikiran. Rasa bangga juga takjub berterbangan dalam benak tiap kali mengingat kisah itu
Pernahkan terbayangkan oleh kita sebuah kapal yang menyebrangi bukit? Iyah bukit. Bukan sebuah lautan. Maka karena sebuah keyakinan, ide genius muncul dalam benak Sultan Muhamad Al-Fatih, beliau menyebrangkan72 kapal perangnya melalui bukit Galata.

Kapal yang seharusnya mengarungi lautan. Tentu ini sesuatu yang mustahil dan diluar nalar akal sehat oleh musuh Sultan Muhamad Al-Fatih.
Lagi dan lagi kuncinya adalah yakin. Ketika sudah yakin maka usaha maksimal akan dilakukan untuk tujuan yang sebelumnya sudah ditetapkan.
Dalam menulis, keyakinan menjadi seorang penulis adalah sikap mental yang harus dimiliki setiap orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis. Jika tak yakin, maka tamatlah sudah. Jika keyakinan sudah tertanam maka berlatih juga berjibaku dengan buku-buku adalah rutinitasnya.
So, sudahkah kita yakin dengan tujuan kita? Yakin, melihat lebih dari yang bisa dilihat oleh mata.

Cikande, 30 September 2018
Photo by google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar