Kau lebih indah dari pesona senja
Indah. Iyah indah,
itu yang aku lihat sejak jumpa pertama. Saat itu Kau tak menyadari ada Aku yang
terpesona sejak pertemuan pertama. Mungkin terlalu berlebihan jika aku
menyebutnya sebagai pertemuan pertama sebab kita tak pernah berencana akan
pertemuan itu. Dalam keramaian bukan dalam ruang dan waktu yang khusus yang
kita sengaja. Kita memang tak pernah merencanakan pertemuan itu, namun Tuhan
dan juga semesta berencana. Bertemu denganmu yang indah yang bahkan lebih indah
dari pesona senja, Bagaimana mungkin aku menyebutnya sebagai kebetulan? Sedang
segala sesuatu yang terjadi pada semutpun adalah Rencanya-Nya.
Detak jantung ini menderu menciptakan nada rindu
Rindu yang bermuara kepadamu yang belum kutemukan
Tuhan kenapa detak
jantung ini begitu deras hanya karena mendengar suaranya? Kenapa rasa ini
begitu membuncah di dada? Suara itu ketika untuk pertama menyebrangi
pendengaranku, merasuk hingga ke dasar hati, memporak porandakan pikiranku,
membuat nada-nada rindu datang begitu saja, nada-nada rindu yang tak pernah
singgah sebelumnya. Rindu ini karenamu. Rindu ini untukmu, meski jalan untuk
menemukanmu buntu.
Seperti senja yang ditelan gelap
Tak bisa dicegah
Rasa itu bertahta di hati
Rindu, kenapa
terlalu cepat bertengger dan bertahta di hatiku?Aku tak mampu mencegahnya. Ia
bagai rintik hujan yang merindukan bumi. Hembusan anginpun tak mungkin
mencegahnya, ia justru mengiring bahkan beriringan menemani sang hujan menemui
bumi.
Rintik hujan itu
akankah meghapus jejak-jejak rindu yang bertaburan. Hembusan angin itu akankah
mampu menyampaikan rinduku padamu? Seperti dalam lagu-lagu cinta
manusia-manusia yang tengah dilanda cinta. Lalu pertanyaan "apakah kau
merasakan rindu yang sama?" berputar-putar dalam pikiranku. Aku tak
menemukan adanya jawaban. Kau diam dalam kharismamu. Akupun diam dalam mendamba
dirimu. Aku memuji juga mengagumi namun tetap dalam bisu.
Kau menjalani
hidupmu, aku menjalani hidupku.
Tak peduli dan
tetap diam
Pembicaraan-pembicaraan
kecil kadang terjadi antara Aku dan Kamu, lagi-lagi karena Tuhan dan semesta
merencanakan itu. Aku menganggap pembicaraan-pembicaraan itu special.
Kemungkinan besar kamu menganggapnya hal biasa. "Itulah interaksi dalam
hidup" menurutmu bisa jadi begitu. Menurutku hal kecil apapun yang di
dalamnya ada dirimu adalah special.
Diam, hening dan
kebisuan. Meski diam menguasai, hingga tak ada peluang bagi kita untuk terseret dalam satu titik rindu yang sama. Adakah yang lebih indah lagi memesona kecuali diam dalam menyebut namamu dalam doa? Tak mengapa. Tak masalah sekalipun tak ada topik atau sesuatu yang
membuat kita saling berbicara. Namamu yang dengan suka cita aku menuliskannya
entah dalam prosa ataupun puisi sudah cukup menjadi bukti bahwa aku mendambakan
dirimu.
Kau lebih indah dari pesona senjaKau yang belum kutemukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar