Share it

Kamis, 26 April 2018

RINDU

Kau adalah sebuah rahasia yang indah
Kau lebih indah dari pesona senja

Indah. Iyah indah, itu yang aku lihat sejak jumpa pertama. Saat itu Kau tak menyadari ada Aku yang terpesona sejak pertemuan pertama. Mungkin terlalu berlebihan jika aku menyebutnya sebagai pertemuan pertama sebab kita tak pernah berencana akan pertemuan itu. Dalam keramaian bukan dalam ruang dan waktu yang khusus yang kita sengaja. Kita memang tak pernah merencanakan pertemuan itu, namun Tuhan dan juga semesta berencana. Bertemu denganmu yang indah yang bahkan lebih indah dari pesona senja, Bagaimana mungkin aku menyebutnya sebagai kebetulan? Sedang segala sesuatu yang terjadi pada semutpun adalah Rencanya-Nya.

Detak jantung ini menderu menciptakan nada rindu
Rindu yang bermuara kepadamu yang belum kutemukan

Tuhan kenapa detak jantung ini begitu deras hanya karena mendengar suaranya? Kenapa rasa ini begitu membuncah di dada? Suara itu ketika untuk pertama menyebrangi pendengaranku, merasuk hingga ke dasar hati, memporak porandakan pikiranku, membuat nada-nada rindu datang begitu saja, nada-nada rindu yang tak pernah singgah sebelumnya. Rindu ini karenamu. Rindu ini untukmu, meski jalan untuk menemukanmu buntu.

Seperti rintik hujan yang merindukan bumi
Seperti senja yang ditelan gelap
Tak bisa dicegah
Rasa itu bertahta di hati

Rindu, kenapa terlalu cepat bertengger dan bertahta di hatiku?Aku tak mampu mencegahnya. Ia bagai rintik hujan yang merindukan bumi. Hembusan anginpun tak mungkin mencegahnya, ia justru mengiring bahkan beriringan menemani sang hujan menemui bumi.

Rintik hujan itu akankah meghapus jejak-jejak rindu yang bertaburan. Hembusan angin itu akankah mampu menyampaikan rinduku padamu? Seperti dalam lagu-lagu cinta manusia-manusia yang tengah dilanda cinta. Lalu pertanyaan "apakah kau merasakan rindu yang sama?" berputar-putar dalam pikiranku. Aku tak menemukan adanya jawaban. Kau diam dalam kharismamu. Akupun diam dalam mendamba dirimu. Aku memuji juga mengagumi namun tetap dalam bisu.

Kau menjalani hidupmu, aku menjalani hidupku.
Tak peduli dan tetap diam

Pembicaraan-pembicaraan kecil kadang terjadi antara Aku dan Kamu, lagi-lagi karena Tuhan dan semesta merencanakan itu. Aku menganggap pembicaraan-pembicaraan itu special. Kemungkinan besar kamu menganggapnya hal biasa. "Itulah interaksi dalam hidup" menurutmu bisa jadi begitu. Menurutku hal kecil apapun yang di dalamnya ada dirimu adalah special.

Diam, hening dan kebisuan. Meski diam menguasai, hingga tak ada peluang bagi kita untuk terseret dalam satu titik rindu yang sama. Adakah yang lebih indah lagi memesona kecuali diam dalam menyebut namamu dalam doa? Tak mengapa. Tak masalah sekalipun tak ada topik atau sesuatu yang membuat kita saling berbicara. Namamu yang dengan suka cita aku menuliskannya entah dalam prosa ataupun puisi sudah cukup menjadi bukti bahwa aku mendambakan dirimu.

Kau lebih indah dari pesona senja
Kau yang belum kutemukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar