Share it

Rabu, 10 Januari 2018

Seperti Apa Cinta Itu? Part 2



Ternyata memang iyah, kamu satu-satunya orang yang yang peduli sekalipun ini hanya sesuatu yang sederhana. Sesuatu yang bisa dengan mudah diabaikan oleh kebanyakan orang. Aku tidak ingin ada rasa diistimewakan, aku selalu menjaga dan mengontrol diri dari hal semacam itu. Tetapi lagi-lagi aku mendapati bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang memahami.

Namun tanpa kusadari, entah dari mana ini berawal, hati ini begitu terpaut dengan dirimu. Ini sebuah perasaan yang berbeda. Yang tak pernah aku rasa sebelumnya. Perasaan macam apa ini? Aku tak berani mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta. Jujur saja aku takut luka yang telah lama aku kubur akan terulang. Tetapi engkau berbeda. Aku melihat dirimu sebagai seseorang yang memahami bagaimana berlaku sopan dan menjaga.

Aku memahami perspektif cinta bukan lagi tentang kebahagiaan semu dalam pacaran. Walau tak bisa dielakkan akupun pernah terjerat dan terbutakan oleh kebahagiaan semu dari hubungan yang disebut pacaran. Rasa nya teramat malu dan ingin aku hapus dari memori. Satu hal yang membuatku bangkit, aku hidup di masa sekarang bukan di masa lalu, akupun percaya bahwa Allah melihatku yang sekarang bukan aku di masa lalu.

Kembali lagi tentang kamu, kamu yang memang berbeda. Kamu yang mebuat hati selalu berdebar tak menentu. Membuatku bingung harus bagaimana menyikapi. Jujur saja terkadang hanya rentetan kalimat istigfar  dan kalimat-kalimat dzikir yang berulang kali aku ucap dalam hati ketika engkau mebayang dipikiranku. Bukan apa-apa, hanya saja kalimat itu sudah tersetting dan selalu terucap ketika aku menyadari kekaguman yang tertuju pada dirimu. Aku takut kekaguman ini menjadi berlebihan dan menjadi hal yang salah di mata-Nya.

Sekarang aku menyadari, aku telah membiarkan bayang-bayangmu terlalu sering menghinggap di pikiran. Aku menyadari aku telah membiarkan perasaan-perasaan ini berkembang begitu saja. Perasaan yang bisa saja menghasilkan pengharapan-pengharapan kosong. Sepenuhnya ini menjadi kesalahan ku. Aku tak bisa menyalahkanmu. Ini hanya perkara waktu untukku membenahi hati. Aku tak bisa menyalahkanmu atas perasaan-perasaan yang berdebar ini.

Samapai aku menulis seperti ini, aku masih belum memahami perasaan macam apa ini? Apa ini? Sebuah pengakuan kah? Aku masih bertanya bagaimana cinta itu?
Jika aku berharap dan meminta dalam doa agar jarak antara kita terlipat hingga aku bisa menggapai mu, apakah ini sebuah kesalahan??

*****

This writing is just imagination,,, Sebab cinta sejati tak mungkin bersemi kepada yang bukan mahrom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar