Share it

Jumat, 05 Januari 2018

Petrichor dan Laki-laki Bermata Teduh


Gerimis pagi ini menyebakkan aroma petrichor yang begitu kuat. Petrichor, aroma alami yang muncul ketika hujan menerpa tanah yang kering. Sebenarnya aku baru tahu tentang istilah petrichor setelah membaca tulisan seorang teman di blog pribadinya. Yang aku tahu hanya sebatas aroma-aroma alami yang disebabkan oleh gerimis ataupun hujan. Aku sangat menyukai aroma petrichor, aku sangat menyukai hujan. Aku pernah membaca sebuah artikel bahwa hujan mampu menimbulkan efek flashback. Sempet tidak percaya. Tetapi memang seperti itu hujan selalu membawa kenangan-kenangan masa lalu. Meski tak ada kenangan-kenangan khusus, aku juga mengalami dimana hujan mampu membawaku pada kehidupan masalalu.

Kenangan masalalu yang dibangkitkan oleh wangi petrichor itu, kenangan masalalu yang dibuka oleh rintik hujan itu, tak lain hanyalah kenangan masa kecil yang menyenangkan menurut persepsiku. Masa dimana aku berlari keluar rumah dengan sangat gembira menyambut kedatangan hujan. Masa dimana aku membungkus buku-buku dengan plastik tatkala hujan turun dengan tiba-tiba saat aku pulang sekolah. Masa dimana aku mencopot sepatu dan menentengnya. Memeluk buku-buku dan juga sepatu yang sudah terbungkus oleh plastik sementara membiarkan tubuh basah karena hujan. Semua itu adalah hal yang menyenangkan.

Gerimis pagi ini, wangi petrichor pagi ini, menemani langkah kakiku menuju sekolah. Jarak antara rumah dan sekolah bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih lima belas menit. Letak sekolah diapit beberapa desa, tepat di sebelah utara terbentang sawah-sawah penduduk yang luas yang menghubungkan desa Pagerbarang dan desa Tasaba, persis disebelah selatan terdapat sebuah sungai dengan pintu air yang besar yang dibuat di zaman penjajahan Belanda yang memisahkan dua desa yaitu desa Pagerbarang Dukuh utara dan desa Pagerbarang Dukuh selatan. Disebelah timur terdapat sawah-sawah dan juga hutan jati yang menghubungkan sebuah desa pusat pemerintahan (kecamatan). Letak sekolah yang berlokasi di area persawahan menimbulkan efek keindahan yang alami.

Rumahku di sebuah desa yang terletak di sebelah barat sekolah membuatku menemui perjalanan yang indah ketika berjalan menuju sekolah. Bagaimana tidak indah, kaki ini melangkah melewati sebuah lapangan dengan rumput dan bunga-bunga liar yang indah. Lapangan tersebut sering digunakan sebagai tempat perlombaan antar RT atau sekedar untuk bermain-main anak-anak kecil. Selain itu sepanjang perjalanan menuju sekolah, mata ini dimanjakan dengan pemandangan area persawahan yang luas. Penampakan gunung slamet pun bisa dilihat dari area persawahan itu.

Ditambah dengan aroma petrichor pagi ini. Menakjubkan. Aku menengadah ke langit. Aku membiarkan rintikan hujan menyentuh wajahku dengan lembut. Aku menyukainya. Ada kombinasi perasaan yang aneh ketika menikmati hujan seperti ini. Merasa tenang, merasa bahagia juga merasa sesak. Secara tiba-tiba terbayang dipikiranku sesosok laki-laki dengan sorot mata meneduhkan. Sesosok laki-laki yang sudah satu tahun ini aku kagumi. Entah karena apa aku mengaguminnya, sampai saat ini aku tak punya alasan. 

“Ghea.” Sebuah suara lembut membuatku terbangun dari lamunan. Aku terkejut mengetahui siapa pemilik suara itu. Dia laki-laki bermata teduh yang sedang menari-nari dipikranku.
“Wisnu.” Aku tersenyum berusaha mengatasi rasa kagetku. Hatiku berdebar tak beraturan.
“Kamu berangkat sendiri? Bareng aja yuk. Sepeda ini kuat kok.”  wisnu, laki-laki bermata teduh itu dengan nada bahasa yang tenang menawarkan untuk berangkat sekolah bersama. Rumahnya lebih jauh dari rumahku, mungkin empat atau lima kali lipat lebih jauh. Aku membonceng di sepedanya. Aku tidak bisa menolak meski sepanjang perjalanan ada kekhawatiran dia merasa berat memboncengku terlebih terdapat jalan yang menanjak yang harus dilewati.

Aku menikmati masa-masa ini. Aroma petrichor dan rintik hujan terasa lebih indah dengan adanya laki-laki bermata teduh yang saat ini tengah mengayuh sepedanya. Obrolan antara aku dan laki-laki bermata teduh itu tak lebih seputar fisika, kimia, matematika atau mata pelajaran lainnya. Memang seperti itu.


*(Setting waktu sekitar tahun 2010 dimana anak sekolah masih berjalan kaki atau bersepeda, pengguna motor sangat jarang di kalangan anak sekolah ketika itu. Setting tempat kecamatan Pagerbarang, Tegal).



To Be Continue
Part of Pangeran Dalam Mimpi New Version

Tidak ada komentar:

Posting Komentar