Share it

Senin, 25 Juni 2018

AYAH #2



Album foto lama kubuka malam ini. Lembar pertama satu foto dengan background dinding warna putih.  Sekilas mirip pas foto untuk kartu identitas. Seorang laki-laki dengan kumis agak tebal dan jenggot yang juga agak tebal. Sesosok laki-laki gagah dizamannya. Yang terlihat difoto itu, ia seperti mengenakan seragam kerja berwarna biru langit. Sebuah seragam yang menjadi bukti bahwa Ia pernah berjuang. Berjuang akan cinta yang dulu diikrarkan dihadapan penghulu


Tak ada yang mudah dalam perjuangan. Peluh dan keringat seringkali membuat basah seragam itu. Pun ketika terik matahari menyengat setiap jengkal kulit tangan dan wajahnya. Baginya itu adalah hal yang biasa. Ini cinta yang membuatnya tak peduli betapapun air hujan membuatnya menggigil. Ia tak pernah berhenti untuk  melangkah dalam berjuang.

Cinta, semua orang di belahan bumi ini mengekspresikannya dengan caranya masing-masing. Yang berbeda, ia tak pernah basa-basi dengan bahasa rayuan macam para pecundang yang ngakunya cinta tapi ngajak pacaran.

Lembar kedua pada album foto itu, tampak seorang anak perempuan tersenyum. Senyum itu sempurna membuat pipinya semakin terlihat seperti roti yang mengembang. Matanya kecil dan sedikit sipit. Ia mengenakan rok berwarna pink berdiri di atas sofa panjang berwarna hijau pupus dengan motif gari-garis berwarna hitam. Sofa jenis itu pernah populer di tahun 90an khususnya di desa Karanganyar ini.

Senyum tanpa beban terlukis dari seorang anak balita di foto itu. Hatinya berwarna-warni penuh bunga kala itu. Sebab sang Ayahlah yang telah memotretnya. Dengan kamera berbentuk kotak yang dilengkapi dengan kodak foto, laki-laki berkumis agak tebal itu mengambil gambar putrinya.

Lembar ketiga juga lembar-lembar yang lain album foto itu adalah sederetan kenangan-kenangan masa kecilku. Aku tak bisa memastikan umur berapa ketika itu, yang pasti Aku masih mengingat ketika laki-laki berkumis tebal itu memotretku dengan kamera berbentuk kotak yang turut populer dikala itu.

Ayah...ada banyak hal yang selalu menghidupkan kisahmu. Album foto ini, kamera berbentuk kotak yang entah sekarang tersimpan dimana, juga setiap garis wajahmu di album foto itu. Semua itu menjawab bahwa tak adanya engkau tak menjamin kisahmu tiada.

Tegal, 23 Juni 2018

#AYAH
#Part2
#AkademiMenulisKreatif



Tidak ada komentar:

Posting Komentar