Share it

Minggu, 20 Januari 2019

Masih Tentang Kopdar Dadakan



Sore kemaren diperjalanan balik ke Cikande, seseorang memintaku untuk ke rumahnya.
Akupun sangat ingin menemuinya, seakan rindu benar-benar ingin terobati. Kami intens berkomunikasi. Akupun mengiyakan untuk mampir ke rumahnya di Balaraja.

Perjalanan dari jawa sedikit melelahkan karena macet panjang di sekitaran Bekasi imbas pembangunan jalan. Efeknya pusing dan mual gak karuan. Macet memang memunculkan berbagai macam efek, salah satunya "malas makan."  Perut laper tapi malas makan di perjalanan,  gak bisa bayangin rasanya kayak apa😂

Sempet terlintas untuk mengurungkan niat mampir ke rumahnya. Membayangkan rempong seorang diri dengan tas punggung yang lumayan berat ditambah beban kardus yang lumayan bikin pegel, jadilah niat untuk bertemu semakin pudar.

Tetapi rindu lebih kuat dari sekedar rasa pusing yang mendera. Singkatnya aku kekeh untuk berkunjung ke rumahnya. Selama ini hanya mengenalnya melalui tulisannya. Hanya bersua lewat gawai. Dunia daring memang keren, mampu mendekatkan yang jauh.



Dan aku terpana akan sambutannya yang begitu hangat, tiga jagoan dan satu putrinya turut antusias menyambutku di depan gang. Sampai di rumahnya, kami saling bercerita, begitu hangat, seperti sudah lama bersahabat. Sesekali si bungsu merengek. Si sulung tampak sudah besar, mungkin sekitar berumur 10 tahunan. Jadi ibu muda yang ada di hadapanku ini sudah mempunyai empat anak? Aku membatin. "Ummi, semuanya anak ummi?" Aku tak ingin rasa penasaran mengusikku.
"Iyah."  Ia menjawabnya lalu disusul dengan senyum.

Aku merasa sangat takjub. Kami lalu melanjutkan pembicaraan seputar kepenulisan, penerbitan buku dan juga sharing project masing-masing yang sedang dikerjakan. Bagaimanapun jenis tulisannya entah bernuansa fiksi ataupun non fiksi, yang terpenting adalah ada visi dan misi di sana. Yaitu sebuah tujuan mulia untuk meninggikan kalimatullah.

Ada satu hal yang menurutku sangat menarik, ketika kami berbicara mengenai tulisan-tulisan opini dengan bahasan yang sangan berbobot, munculah nama Princess Azizah si belia dengan tulisan opini yang selalu cetar, kematangan berpikirnya tak menggambarkan usianya yang masih sangat muda.

Sayapun sering membaca tulisanya. Intelek, pemikiran yang matang dan tanggap akan sebuah issue, tegas dan berani. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika seseorang bernama Azizah itu masih sangat belia. Usiaku tentu terpaut sangat jauh dengannya.

Akh... Aku jadi flasback masa sekolah dulu, Kemana saja aku? Ada seorang Azizah yang masih sangat belia namun yang ia pikirkan adalah keterpurukan hidup ummat. Yang ia pikirkan adalah kedzaliman-kedzaliman rezim petahana. Yang ia pikirkan adalah bagaimana agar ummat bangkit dan kembali kepada ayat-ayat Nya, kepada aturan-aturan Nya. Dengan tulisannya ia berjuang, berjuang melawan kedzaliman juga kekeliruan yang terjadi di rezim ini.

Aku yakin tak semua orang paham akan arah tulisan ini. Namun bagi kami, bahasan-bahasan semacam itu adalah bahasan yang sangat menarik.
Mungkin sebagian orang akan berpikir, untuk apa sok-sok an membuat kritikan untuk pemerintah?

Guys, jangan salah, tulisan mampu menembus ruang dan waktu. Tahu Zionis yahudi? Yang hingga kini memimpikan mewujudkan Negara Israel, mimpi itu bermula karena sebuah buku berjudul "Der Judenstaat" karangan Teodor Herzl (Bapak Yahudi Dunia).

Begitupun apa yang kami tulis, ada harapan tulisan itu mampu membuka mata, hati juga pikiran bagi yang membaca.

O yah kami tidak pernah mengkritik pemerintah tanpa bukti, sesekali ayolah baca tulisan-tulisan opini, di sana tersaji berbagai macam fakta setiap issue. Jangan biarkan kemampuan membaca kita tak terpakai, jangan sampai karena kita abai dan malas baca kita tak tahu kondisi negeri yang makin hari makin dikuasai oleh asing.

Kami tak pernah sembarangan atas apa yang kami tulis, sebab kami tahu akan ada pertanggungjawaban atas setiap kata yang kami tulis. Kamipun belajar berbulan-bulan, latihan demi latihan demi sebuah tulisan Opini utuh yang berkualitas.

Oh ya, Kami tak pernah mengkritik kehidupan individual melainkan  kebijakan-kebijakan dzalim yang menyengsarakan  ummat. Kita menyadari bukan? apa yang terjadi di depan mata kita, kedzaliman demi kedzaliman terjadi oleh rezim petahana.

Oh ya ampun, mengingat Azizah si belia, membuatku bersemangat dan mengingat berbagai macam hal.

Aku sangat berterimakasih kepada ibu muda itu atas pertemuan dan sambutan hangat sore itu. Aku mengenalnya dengan sebutan Ummu Raihan, begitu nama penanya. Kami sama-sama dipertemukan dalam satu atap. Dalam naungan AMK, sebuah grup kepenulisan yang mempunyai misi melahirkan berjuta penulis. Tak seperti sebuah grup pada umumnya, di sana adalah keluarga dari sabang hingga merauke, yang disatukan atas ikatan aqidah. Menariknya grup kepenulisan ini sangat memperdulikan interaksi antar anggota. Apa pasal? Tak ada interaksi lawan jenis, sebab grup ikhwan dan akhwat terpisah.

Jikapun ada grup yang mengharuskan berbaur antar ikhwan dan akhwat, seperti di kelas BFW, Branding For Writer, jangan harap tulisan akhwat dikomen oleh ikhwan ataupun sebaliknya. Iyah memang begitu peraturannya, tak ada interaksi antar lawan jenis, apalagi sampai japri. Tak ada interaksi lawan jenis kecuali ada udzhur syar'i semisal japri cikgu Apu Indragiry untuk konsultasi tentang branding writer atau hal lain nya yang berkaitan dengan kepenulisan.
Ini Keren. Bagaimanapun antara ikhwan dan akhwat harus tetap menjaga dan terjaga😉

Oh ya ampun terlalu panjang aku meluapkan perasaan😂

Rindu oh rindu, kenapa begitu membuncah di dada. Sepertinya aku jatuh cinta setiap hari😄😂

Cinta..Cinta...Cinta... wujud cinta akan segera hadir dengan terbitnya buku perdana😄😄 Aamiin.

Oh ya ampun betapa indahnya, seperti semburat jingga di ujung barat. Pesona senja selalu menawan hati.
"Bukankah kita akan menulis dan memandangi senja bersama?"
(Sebuah pertanyaan tanpa tujuan)😂

#JustSharing
#Kopdar
#AMK5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar