Share it

Sabtu, 19 Januari 2019

Perempuan Senja



Dialah perempuan senja, darinya terpancar cahaya yang menerangi juga kobaran semangat yang amat tinggi. Kehangatan menjalar tiap kali lisannya penuh riang. Ketika luapan kata darinya begitu ringan, ia seakan memeluk dan merangkul jiwaku.

Dialah perempuan senja yang melahirkan karya besar diusia 60 tahun. Bukunya "Senja di Jalan Dakwah" menjadi bukti kesungguhannya berdiri di jalan dakwah.
Umurnya boleh senja namun karya dakwah tetap indah layaknya senja sore yang memukau. Fisiknya boleh saja lemah, namun semangat tetap berjiwa muda.

Bukunya "Senja di Jalan Dakwah" telah menemani perjalanan di Aksi 212. Saya tak menyangka bahwa kabar mengenai bukunya yang saya ajak jalan-jalan di Aksi 212 menjadi hal yang mengharukan bagi beliau.😍


Namanya Nur Fitriyah Asri biasa dipanggil dengan sapaan Bu Is. Beliau berhasil menjadi kobaran api semangat bagi kami di AMK (Akademi Menulis Kreatif). AMK memang seperti keluarga, semua bersaudara meski dari berbagai penjuru daerah. Lengkap dari sabang sampai merauke. Dari bahasa daerah yang saya pahami hingga bahasa yang sama sekali tak saya pahami.

Dialah perempuan senja. Yang merasa bertanggung jawab atas kondisi umat. Jauhnya umat Islam atas keislamannya serta jauhnya umat Islam atas syariah Islam menjadi kegelisahan baginya. Iyah gelisah, ketika manusia lebih memilih aturan hidup yang dibuat sendiri daripada aturan Allah yang tertulis dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bukankah suatu kesombongan ketika manusia lebih memilih hukum buatan sendiri sebagai solusi hidup sementara Islam dengan sempurna mengatur semua lini kehidupan?

Suatu hari ia mengatakan, bahwa ikatan aqidah yg membuat kita sama-sama merasa dekat.  Dan Aku selalu merasa menjadi salah satu anaknya, atau mungkin cucunya.😁

Iyah, beliau memang benar. Adakah yg lebih romantis dari sebuah hubungan walau tanpa pertemuan sama sekali? Adakah yang lebih romantis dari sebuah hububgan dalam naungan aqidah?

Saat ini aku merasa hatiku seperti lautan cinta. Sungguh. Apakah ini sama seperti perasaan ketika mengagumi atau menyukai lawan jenis?

Tidak. Ini sangat berbeda. Aku manusia normal yang mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis, namun perasaan suka atau kagum itu sewaktu-waktu bisa berubah. Iyah bisa berubah, bahkan menghilang. Seiring berjalannya waktu, seiring semakin berubahnya pola pikir, rasa kagum juga rasa suka berubah kepada mengagumi seauatu yang lebih layak untuk dikagumi. Semuanya menjadi lebih sederhana. Perkara menyukai atau mengagumi seseorangpun menjadi sesuatu yg biasa saja. Sebab ada tempat yang lebih layak menjadi pelabuhan cinta lebih dari cinta antara laki-laki dan perempuan, yaitu di pelabuhan Cinta-Nya.

Maka, ini adalah ikatan cinta yang juga lebih dari cinta antara  laki-laki dan perempuan. Ikatan itu bernama ikatan aqidah. Ikatan yang tak memandang bagaiaman suku, ras, kebangsaan, warna kulit, asal daerah maupun perbedaan lainnya. Sebab semua manusia bersaudara dalam naungan ikatan aqidah.

Semoga hati yang bagai lautan cinta ini tetap istiqomah dalam ikatan aqidah-Nya. Ikatan Cinta-Nya.

#BukuSenjadiJalanDakwah
#Spirit212
#AkademiMenulisKreatif
#IkatanAqidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar