Share it

Minggu, 20 Januari 2019

Menjadi Penulis Mulia




Resume kulwa 09/01/2019

Tiga patokan utama agar menjadi penulis mulia. Sebuah tema kulwa yang luar biasa. Tersuguh dengan apik membawa suasana penuh kontemplasi atau perenungan.

Kulwa diawali dengan 3 pertanyaan dasar yang sering disebut sebagai `uqdah al-kubra` atau simpul besar.

Pertanyaan mendasar tersebut adalah
Darimanakah kita berasal?
Untuk apa kita ada di dunia?
Akan kemana kita setelah mati?



Sebagai seorang muslim tentu kita akan menjawab,
Kita berasal dari Allah yang menciptakan makhluk dan kehidupan
Tujuan diciptakannya tak lain untuk beribadah kepada Nya, menerapkan semua hukum-hukum Nya.
Setelah mati manusia akan hidup di kehidupan yang sesungguhnya, yaitu kehidupan akhirat. (surga atau neraka)

Namun ada juga yang menjawab 3 pertanyaan dasar itu demikian : kehidupan di dunia ini ada dengan sendirinya, manusia berasal dari tanah atau materi dan kelak akan menjadi lagi menjadi materi/benda, manusia hidup untuk mencari kebahagiaan materi selama ia mampu hidup.

Dengan jawaban-jawaban itu manusia akan hidup dengan aturan yang dibuatnya sendiri, dengan standar baik buruk sesuai yang ia kehendaki. Mereka berbudaya, berekonomi dan berpolitik untuk mencapai kebahagiaan dunia. Jelas pemikiran seperti ini adalah pemikiran orang-orang sosialis kapitalis. Jauh dari nilai-nilai Islam hanya menilai sesuatu berdasarkan materi.

Lalu apa hubungan bahasan di atas dengan menulis? Bagaimana bisa pembahasan mengenai menulis disambungkan dengan `uqdah al-kubra`? Tentu bisa. `Uqdah al-kubra` mempunyai keterkaitan yang kuat dengan seorang penulis. Apatah lagi penulis  mulia yang dengan tulisannya ada keagungan Islam di dalamnya.

Jawaban dari tiga pertanyaan tersebut merupakan patokan utama untuk menjadi penulis mulia. Ketiganya adalah visi dan misi kehidupan. Jika gagal dalam menjawab 3 pertanyaan dasar tersebut maka gagal pula visi dan misi kehidupan yang hakiki. Jika seorang penulis mampu menguraikan tiga pertanyaan itu dengan benar, jelaslah yang ia tulis adalah keagungan Islam.

Seseorang yang meyakini adanya akhirat tak akan asal atau sembarangan dalam menulis. Sebab ada konsekuensi pertanggungjawaban dari setiap kata yang ia tulis.

Lain hal dengan orang-orang yang berpemahaman sosial kapitalis, ia menulis atas dasar nafsu dan materi dunia, menulis atas dasar logika tanpa peduli hukum syariat. Maka jangan heran jika ada orang-orang yang menulis dengan sembarangan. Adakah orang seperti itu? Banyak. Bahkan kalangan remaja sekalipun, jika ia sudah teracuni oleh sekulerisme maupun materialisme, ide yang muncul dalam tulisannya sangat jauh dengan nilai Islam.

Seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang remaja berpendapat melalui tulisannya mengenai kasus prostitusi : .... _.Saya justru penasaran bagaimana VA membangun value/nilai dirinya, sehingga orang-orang mau membayar tinggi di atas harga pasar reguler. Seperti produk Apple Inc. atau tas Hermes-- kita bisa belajar dari sana. Padahal, seorang istri saja diberi uang bulanan 10 juta sudah merangkap jadi koki, tukang bersih-bersih, babysitter, dll. Lalu, yang sebenarnya murahan itu siapa? "_ Begitu yang tertulis dalam akun nya.

Opininya, pendapatnya,  idenya, sudah tentu buah dari paham sosialis kapitalis yang mengedepankan nafsu tanpa berpikir syariat maupun dosa.

Tak bisa didustakan bahwa hanya Islam solusi hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Finaly, sebagai muslim yang meyakini adanya hari akhir, jadilah penulis mulia dimana ada keagungan Islam di setiap goresan pena.

Cikande, 10 Januari 2019

#PenulisMulia
#PenulisBelaIslam
#AkademiMenulisKreatif
#Silpianah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar