Share it

Sabtu, 19 Januari 2019

Rak Buku dan Teror



Berbagai macam buku yang berjajar di rak buku bagiku adalah pemandangan indah. Mengingat rak buku, membuatku mengingat salah seorang sahabatku. Kenapa? Pasalya sahabatku yang satu ini sedang berjuang membangun sebuah perpustakaan. Dari awal ia sudah menjelaskan bagaimana konsep dan rencana mengenai perpustakaan tersebut.

Dengan tujuan menarik anak-anak remaja untuk mencintai buku ia dengan semangat mengeluarkan uang pribadi hasil kerjanya setiap hari untuk biaya pembangunan sebuah ruangan yang nantinya bakal dijadikan sebagai tempat buku-buku. Tadi malam ia mengabarkan, proyek perpus sudah sampai pengukuran pintu. ini luar biasa. Sesuatu yang belum tentu bisa aku lakukan.

Aku dan teman-teman yang lain yang mengetahui mengenai proyek ini turut bersemangat dan  sangat mendukungnya. Kita akan sama-sama membantu untuk buku-buku yang bakal dijajar di rak buku nantinya.

Namun ada suatu hal yang menjadi terror buatku. Terror yang membuatku susah tidur belakangan ini. Apa pasal? Aku ditodong oleh sahabatku, lebih tepatnya ditagih. Ditagih untuk segera memberikan buku karya sendiri untuk dijejer di rak buku bersama buku-buku yang lain.



Seketika aku merasa seperti tertampar. Muka menjadi merah. Tak bisa menjawab apa-apa selain nyengir didepannya. Aku terpojok. Ini seperti hutang yang belum sanggup aku bayar. Hutang? Iyah hutang, jauh sebelum aku tergabung dengan grup kepenulisan aku sudah merencanakan untuk menulis sebuah buku. Sahabat yang mennagih buku itu, orang yang dari awal mengetahui bagaimana rencana dan keinginanku untuk menulis buku.

Buku karya sendiri? Sampai saat ini aku belum bertindak serius. Hanya keinginan tanpa action. Banyaknya penundaan yang sering aku lakukan seolah sudah menjadi penyakit kronis yang menjangkiti. Jadi benar sekali apa kata Cikgu Apu Indragiry, kenapa sampai saat ini aku masih belum jadi penulis? Jawabannya “karena aku sering menunda.” Wal hasil banyak draf yang ga rampung dan terbengkalai karena penundaan.

Lagi-lagi apa yang dikatakan ole Cikgu selalu benar dan selalu mebuat diri tertampar. “Berkarya tetapi nunggu sempurna.”

Mau lanjutin draf, tapi pungung dan leher sakit karena seharian duduk di tempat kerja. Sudah ada ide tapi jari-jariku sakit karena seharian mukul-mukul keyboard di tempat kerja, mata juga perih karena selalu kontak dengan sinar pc. Aku sadari semuanya hanya alasan. Buktinya Bu Is Nur Fitriyah Asri yang berumur enam puluh tahun berhasil menerbitkan buku perdananya “Senja di Jalan Dakwah.” Padahal untuk menatap layar handphone saja sudah membuatnya pusing. Meski harus mengurus suami, anak dan cucu, karyanya tetap bisa terlahir tanpa alasan. Tak hanya itu, beliau berhasil menjadi kompor yang membakar semangat para member AMK😉😍

Mau lanjutin draf, tapi kerjaan banyak banget. Pusing dan stress menghadapi berbagai masalah di tempat kerja. So sibuk. Lagi-lagi itu hanya alasan. Buktinya ada Bunda Yuli yang sudah berkeluarga dengan tiga orang putri tetapi mampu berkarya menerbitkan buku. Bukunya “Setangkup kisah Ummahat” terlahir tanpa ada alasan sibuk.

Mau lanjutin draf, tapi laptopku mulai eror. Laptop jadul dan sudah berumur. Batrainya pun sudah gak berfungsi jadi charger harus selalu dicolok setiap kali mau digunakan. Kadang suka ngrasa ribet, akhirnya pengerjaan draf tertunda terus. Alasan. Semuanya alasan. Coba tengok, ada kak Irwansyah yang bukunya segera terbit dengan judul "Aku Kau dan Kupu-Kupu kertas." Tak ada Laptop, Hp pun jadi, begitu tulisanya di fb mengisahkan bagaimana proses penulisan bukunya yang dikerjakan dengan Hp.

Aku semakin tertampar dan terpojok. Tertampar akan kesungguhan teman-teman di AMK dalam melahirkan karyanya. Pun perasaan terpojok semakin menjeratku, hutang sebuah buku karya sendiri yang selalu ditagih seorang sahabat untuk pengisi rak bukunya di perpustakaan impian. Secara tidak langsung itu menjadi terror bagiku. Terror yang membuatku sadar akan impian dan karya yang belum terlahir.

Penundaan dan alasan, seharusnya mereka semua hilang karena terbakar semangat yang berulang kali. Sehingga karya segera terwujud menjadi nyata. Aamiin.

#AkuNovelisHebat
#AkademiMenulisKreatif
#AMK5
#silpianah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar